Kisah Edi Tua dan Burung Camar

author : K. Tatik Wardayati
Sunday, 21 December 2014 - 06:00 am






Intisari-Online.com – Ini terjadi setiap Jumat malam, nyaris tanpa gagal, ketika matahari mulai meredup di laut biru. Edi Tua berjalan di sepanjang pantai ke dermaga favoritnya. Di tangannya yang kurus tergenggam seember udang.
Ed berjalan keluar ke ujung dermaga, tampaknya ia hampir memiliki dunia untuk dirinya sendiri. Cahaya matahari tampak seperti perunggu emas sekarang. Semua orang sudah pergi, kecuali beberapa orang berlari di pantai. Berdiri di ujung dermaga, Ed sendirian dengan pikirannya, dan seember udang.
Namun, ia tidak lagi sendirian. Di langit seribu titik putih datang melengking dan berkoar, terbang dengan cepat sekali menuju sesosok jangkung yang berdiri di ujung dermaga. Kemudian, puluhan burung camar telah menyelimuti dirinya, sayapnya berkibar, dan mengepak liar.
Ed berdiri di sana melemparkan udang pada burung yang lapar. Seperti yang dilakukannya, jika mendengarkan dengan cermat, maka akan terdengar ia berkata sambil tersenyum, “Terima kasih. Terima kasih.”
Dalam beberapa menit ember kosong. Tapi Ed tidak pergi. Ia berdiri di sana melamun seolah-olah berpikir ke lain waktu dan lain tempat. Dan selalu, seekor burung camar, mendarat di topinya, sebuah topi militer yang telah dipakainya bertahun-tahun.
Ketika akhirnya ia berbalik dan mulai berjalan kembali ke arah pantai, beberapa burung melompat sepanjang dermaga dengannya sampai ke tangga, dan kemudian mereka terbang jauh. Ed tua diam-diam berjalan ke ujung pantai untuk kembali ke rumah.
Ia bukanlah seorang tua yang sangat aneh dan sering melamun. Nama lengkapnya Eddie Rickenbacker. Ia adalah seorang pahlawan yang terkenal dalam Perang Dunia II. Pada salah satu misi terbang melintasi Pasifik, ia dan tujuh pasukannya jatuh. Ajaibnya, semua orang selamat, merangkak keluar dari pesawat mereka, dan naik ke rakit. Kapten Rickenbacker dan anggotanya terapung selama berhari-hari di perairan Pasifik. Mereka berjuang melawan matahari. Mereka berjuang melawan hiu. Tapi yang jelas, mereka berjuang melawan kelaparan.
Pada hari kedelapan, jatah makanan mereka habis. Tidak ada lagi makanan. Tidak ada air. Mereka ratusan mil jauhnya dari daratan dan tidak ada yang tahu di mana mereka berada.
Mereka membutuhkan keajaiban.
Sore itu mereka berdoa untuk sebuah keajaiban. Lalu, mereka mencoba untuk tidur siang. Eddie bersandar dan menarik topi militer di atas hidungnya. Waktu berjalan lambat. Semua bisa mendengar tamparan gelombang pada rakit.
Tiba-tiba, Eddie merasakan sesuatu di atas topinya. Itu burung camar! Edi tua kemudian menjelaskan bagaimana ia duduk diam, merencanakan langkah berikutnya. Dengan cepat tangannya bergerak dan mencengkeram camar, ia berhasil dan mencekik lehernya. Ia mencabuti bulu camar itu. Lalu ia dan anggotanya yang kelaparan, membuat makanan untuk delapan orang itu. Kemudian mereka menggunakan usus camar untuk umpan. Dengan itu, mereka menangkap ikan, demikian seterusnya.
Dengan teknik bertahan hidup sederhana, mereka mampu bertahan dalam kerasnya laut sampai mereka ditemukan dan diselamatkan setelah 24 hari di laut.
Eddie Rickenbacker hidup bertahun-tahun setelah cobaan itu, tapi ia tidak pernah melupakan pengorbanan camar dalam menyelamatkan hidupnya. Dan ia tidak pernah berhenti mengatakan “Terima kasih”. Itulah sebabnya setiap Jumat malam ia akan selalu berjalan ke ujung dermaga dengan seember penuh udang dan hati yang penuh rasa syukur.
 

Contact Person

S R I Y O N O
081-804-414-111
BBM 7FA8F324

YULI MUSTAWATI, SH
081-329-767-848


Address

RUMAH
JL. G Kerinci II No. 8
Sekip RT 4 RW 8
Solo 57136
Telp. 0271-855553

KANTOR
Jl. Punk Rock 7 B
[ depan ISI ]
Solo 57126